google.com, pub-2808913601913985, DIRECT, f08c47fec0942fa0 AGAMA DAN MASYARAKAT

Halaman

Pancasila dan Kata Bersama



Kristen dan Islam mengakui bahwa dunia yang mereka tempati diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Pengasih. Tuhan Yang Esa tersebut juga berdaulat atas dunia ini, dan telah memerintahkan kepada kedua agama itu untuk hidup “mengasihi Allah dan sesamanya,”yang dikenal dengan sebutan kata bersama (common word). 

Lantas, mengapa kekerasan atas nama agama masih saja terus berlanjut di negeri ini, dan ini juga terjadi pada kedua agama itu?

 

Populasi umat Islam dan Kristen yang merupakan jumlah terbesar di negeri ini memiliki peran strategis bagi terciptanya Indonesia yang penuh kedamaian. Indonesia seharusnya bisa menjadi teladan bagi negera-negara lain dalam menciptakan kedamaian antara agama-agama, apalagi Indonesia telah memiliki kata bersama jauh sebelum dokumen  itu dilahirkan, yakni di dalam Pancasila yang adalah konsensus bersama agama-agama di Indonesia.

 

Geneologi “kata bersama”

September 2007, bentuk akhir dari dokumen yang berisi Sebuah “Persamaan di antara Kami dan Kamu” yang digagas oleh 138 cendikiawan, ulama dan intelektual Muslim diperlihatkan dalam sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh Akademi Kerajaan dan Institut Aal al- Bayt, dengan tema “Kasih di dalam Al Quran”.

The Royal Aal al-Bayt Institute for Islamic Thought is an independent non-governmental institute headquartered in Amman, Jordan, 

Dokumen yang menetapkan adanya kata bersama antara umat Islam dan Kristen tersebut ditanda tangani oleh setiap denominasi, dan kelompok pemikiran Islam. Setiap negara atau wilayah Islam besar di dunia terwakili dalam pesan yang disingkat menjadi kata bersama.  Dan pesan tersebut ditujukan kepaada pemimpin, dan Gereja di seluruh dunia.

 

Dalam pesan tersebut juga dinyatakan bahwa sesungguhnya Umat Islam dan Kristen sama-sama mengakui adanya Allah yang esa dan kedua agama sama-sama diperintahkan untuk mengasihi Allah dan sesamanya, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. Dan Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Bunyi kata bersama itu ada dalam kedua kitab suci agama itu, dan bukan merupakan usaha mengkompromikan ajaran agama-agama yang mereduksikan nilai-nilai agama-agama itu.

 

Apabila kita melihat lebih jauh pada agama-agama di luar Islam dan Kristen, pengakuan adanya “kata bersama” sebenarnya bukan hanya ada pada agama Islam, Kristen dan Yahudi yang memiliki akar tradisi yang dekat, namun juga terdapat pada agama-agama lain. Jadi, agama-agama sesungguhnya memiliki tugas mulia untuk menciptakan kedamaian di bumi, sebagaimana dikatakan oleh Hans Kung, “tidak mungkin ada kedamaian tanpa kedamaian di antara agama-agama. Sebagai seorang yang beragama, tidaklah patut berbicara tentang kedamaian tanpa berusaha untuk hidup damai dengan agama-agama lain.

 

Pengakuan kata bersama menjadi penting bagi umat Islam dan Kristen, bukan hanya karena keduanya memiliki garis tradisi yang dekat, namun Islam dan Kristen merupakan agama-agama yang dipeluk oleh banyak masyarakat di dunia. Artinya, apabila ada kedamaian antara kedua agama tersebut, maka kedamaian dunia sudah hampir dapat dipastikan terjadi. Hubungan Islam dan Kristen yang harmonis sudah pasti dapat menjadi motivasi bagi semua agama-agama untuk hidup bersama dengan damai.

 

Pancasila dan  kata bersama

 

Umat beragama di Indonesia menerima Pancasila bukan karena Pancasila itu menguntungkan bagi kelompok agama tertentu. Tapi lebih karena sebagaimana dikatakan oleh TB Simatupang, Pancasila ibarat payung yang lebar bagi agama-agama. Identitas agama-agama yang beragam di Indonesia diakui identitasnya, bahkan agama-agama didorong untuk dapat memberikan kontribusinya bagi pembangunan bangsa sebagaimana pernah didengungkan para pendidri bangsa ini.  

 

Pancasila adalah konsensus bersama agama-agama sebagaimana tertuang dalam “kata bersama,” karena tidak satu pun agama di negeri ini yang menganggap agama lain sebagai musuh, dan sila-sila di dalam Pancasila memiliki pembenaran pada setiap agama-agam yang ada di negeri ini.

 

Kalau saja semua orang dinegeri ini mau konsisten dengan Pancasila, maka koflik antar agama atau konflik dalam agama yang terjadi karena perbedaan ajaran atau doktrin, sesungguhnya tidak perlu terjadi. Pancasila memberikan tempat pada agama-agama tanpa harus melepaskan identitasnya. Demikian juga perbedaan ajaran agama dapat diselesaikan dengan cara-cara yang santun sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

 

Sebagaimana kata bersama adalah dasar bagi dialog antar agama untuk saling memahami, demikian juga adanya dengan Pancasila. Masyarakat Indonesia sepatutnya tidak jemu-jemu mendengungkan Pancasila sebagai kata bersama semua umat beragama di Indonesia untuk menghadirkan Indonesia yang penuh dengan kedamaian.

 

 

Binsar A. Hutabarat

https://www.joyinmyworld.com/2020/08/pancasila-dan-kata-bersama.html

Kuasa Surga yang Memperbarui Hidup



Solo Build It! Kita tidak dapat menggerakan dunia untuk memuliakan Tuhan dengan hanya bermodalkan kritik, atau menjadi sama dengan kebiasaan yang ada dengan cara membenarkan kebiasaan.

 

Sebuah pembaruan hidup bersama menuju pada kehidupan bersama yang lebih baik membutuhkan kuasa Allah. Transformasi manusia untuk hari demi hari menjadi lebih baik hanya mungkin jika Tuhan sendiri yang membaharui hidup manusia berdosa, untuk kemudian membawa pembaharuan itu kepada komunitas umat manusia untuk memuliakan Tuhan.

 

Pembaruan hidup bersama hanya mungkin terjadi jika kita mampu  bergandengan tangan untuk membuat perubahan kearah kehidupan yang lebih baik, untuk membawa segala sesuatu pada kemuliaan Tuhan dan kebaikan sesama.

 

Kuasa Surga pada gereja mula-mula.

 

Jika kita menoleh kebelakang, gereja mula-mula tak memiliki sesuatu yang kita pikir saat ini sangat esensial untuk meraih sukses, yang kita kelompokkan dalam komponen input seperti modal, sarana dan prasarana, uang, kekuasaan politik dll.

 

Gereja mula-mula tak memiliki bangunan yang megah, karena umumnya mereka beribadah di rumah. Demikian juga dengan kuasa politik, gereja bukan hanya tidak memiliki kuasa politik, gereja kerap dianiaya penguasa. Sedang terkait status sosial, anggota gereja mula-mula umumnya memiliki status sosial yang rendah.

 

Hal yang menakjubkan adalah gereja mula-mula telah memenangkan begitu banyak orang kepada Kristus. Dan banyak Gereja dibangun di seluruh penjuru dunia Roma. Semuanya itu mungkin karena Gereja mengandalkan kuasa Allah, dan kesuksesan itu bukan untuk memuliakan komunitas gereja, individu atau tokoh gereja, sebaliknya untuk kemuliaan sang kepala gereja atau Allah semata.

 

Gereja pada waktu itu adalah orang-orang yang menggantungkan karya mereka pada kuasa Roh Kudus. Gereja meninggikan Tuhan, dan bangunan gereja yang tersebar di dunia Roma pada waktu itu adalah untuk kemuliaan Tuhan, bukan untuk kemulian denominasi gereja, apalagi individu atau tokoh gereja.

 

 

Gereja Perlu Kuasa Roh Kudus.

Roh Kudus yang sama sesungguhnya tersedia bagi gereja masa kini, secara khusus dalam menghadapi wabah corona saat ini. Kesaksian Kristen akan efektif hanya dalam kebergantungan pada Kuasa Roh Kudus.

 

Karya Roh Kudus senantiasa untuk memuliakan Kristus, maka gereja yang dikuasai Roh Kudus sejatinya memuliakan Tuhan, dan hidup saling mengasihi antarsesama anggota jemaat, denominasi gereja beragam, dan sesama manusia.

 

Kisah Para Rasul Pasal 2 sejatinya mengingatkan gereja bahwa hanya dengan kuasa Roh Kudus gereja dapat melayani Tuhan untuk kemuliaan Tuhan. Itulah sebabnya gereja mula-mula tidak pergi menjalankan Misi Allah sebelum Roh Kudus dicurahkan.

 

Kuasa Roh Kudus yang memenuhi kehidupan gereja, dan terus menerus mengalami kepenuhan Roh Kudus, atau menyediakan diri untuk dikuasai Roh Kudus, dipimpin Roh Kudus itulah kunci sukses gereja.

 

Kebenaran iman Kristen sesungguhnya hanya dapat divalidasi oleh Roh kudus. Boleh saja gereja mengklaim diri sebagai pemilik doktrin yang benar, tetapi pembuktian hanya dari Roh Kudus.

 

Karena itu antar denominasi gereja perlu saling belajar, dan jangan menganggap diri paling benar. Biarlah setiap denominasi menunjukkan iman mereka dari perbuatan-perbuatan iman. Karena iman tanpa perbuatan adalah mati. Doktrin tanpa perbuatan tak banyak gunanya. 

 

 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat

https://www.joyinmyworld.com/2020/08/kuasa-surga-yang-memperbarui-hidup.html