Friday, November 29, 2024
Thursday, November 28, 2024
Wednesday, November 27, 2024
Tuesday, November 26, 2024
Monday, November 25, 2024
Sunday, November 24, 2024
Tuesday, November 19, 2024
Indoktrinasi Agama Patris Allegro
INDOKTRINASI AGAMA PATRIS ALLEGRO
Perbedaan
Protestan dan Katolik utamanya terkait dengan perpecahan yang ada di dalam
Gereja, Jika Katolik berpikir masa kegelapan gereja adalah karena persoalan
organisasi, maka Katolik menguatkan organisasi kepausan, maka Protestan melihat
bahwa kegelapan gereja juga terjadi karena organisasi gereja.
Kehadiran
Kristus dalam gereja, atau sebagai kepala gereja tidak sama dengan kehadiran
Kristus dalam inkarnasinya. Apabila kehadiran Kristus dalam Gereja sama dengan
inkarnasi Kristus, maka Protestan mengingatkan itu sama saja dengan
pemberhalaan gereja.
Selanjutnya
klaim Patris AllEgro mengatakan Katolik agama yang paling benar, punya
otoritas, berbeda dengan Protestan yang tidak punya otoritas tidak memiliki
dasar. Patris Allgro hanya mengatakan bahwa katolik punya tradisi gereja, sedang
Protestan punya tradisi. Ini Patris Allgro perlu kaji lebih men
Dari
pernyataan Patris Allegro terlihat bahwa Hanya Katolik yang bisa menafsirkan
Alkitab, padahal Alkitab itu sendiri bagian dari tradisi, jadi rumusan dogma
katolik yang dipakai membaca Alkitab itu adalah jalan satu-satunya membaca
Alkitab.
Artinya
tradisi atau warisan dogma katolik itu berada diatas Alkitab, jadi tidak ada
yang bisa membaca Alkitab atau menafsirkannya tanpa tradisi katolik, itulah
sebabnya dikatakan umat katolik, tradisi katolik itu final.
Sulit untuk diapahami ada tradisi yang final,
padahal tradisi itu diwariskan oleh orang-orang yang terbatas, Persoalan utamanya
adalah infalibilitas Paus.
Ptotestantisme
percaya tidak ada doktrin dan dogma yang sempurna, ini bukan relativisme. Jika
patris Allgro paham penelitian, maka dia akan paham tidak ada rumusan doktrin
atau dogma yang sempurna, karena manusia tidak dapat mengetahui kebenaran
sebagaimana Allah mengenal kebenaran atau mengenal dirinya.
Misalnya
saja kita membuat penelitian, maka asumsinya adalah apakah ada doktrin atau
dogma yang dapat dikembangkan, apa saja yang menjadi factor-faktor pemebentukan
doktrin, apakah ada factor-faktor yang belum terlibat dalam pembentukan doktrin
atau dogma, apakah ada pertambahan data yang sebelumnya tidak ada dalam
perumusan doktrin atau dogma, Langkah-langkah ini akan menjadi dasar
pengembangan doktrin atau dogma.
Kemudian
jika doktrin infalibilitas kepausan itu benar, maka ujilah dengan data, apakah
benar semua Paus linfalibel, mengapa Ketika terjadi perbedaan yang berbeda
disingkirkan, apakah mereka yang disingkirkan tidak memberikan kritik mebangun,
tarilklah semua sepak terjang Paus dari masa ke masa , apakah betul infalibel.
Perbedaan
mendasar Protestan dengan Katolik adalah, karena hak mengajar hanya pada
magisterium, dan yang tidak bersalah hanya Paus, maka jemaat tidak bisa protes,
dan magisterium juga hanya mengerjakan apa yang sudah ditetapkan, kreatifitasi
dan semangat untuk menghadirkan inovasi penelitian baru dibungkam. Gereja
Katolik terjebak pada indoktrinasi. Dasar indoktrinasinya adalah otoritas Yesus
sebagai kepala gereja yang tak dapat divalidasi.
Pernyataan Patris
Allgro yang mengatakan mana agama yang paling benar, Patris Allgro akan pindah
agama jika ada yang lebih benar dari Katolik menunjukkan bahwa Patris Allegro
tidak paham penelitian agama, dan membedakan penelitian agama dan sains, itulah
sebabnya saya mengatakan Patris Allegro tidak paham penelitian.
Rukun
beragama hanya menjelaskan kondisi-kondisi katolik dan protestan dari sudut
Protestantisme untuk menguatkan kerukunan antar umat beragama katolik dan
Protestan, Meski selalu ingin mengatakan Katolik dan Protestan itu satu Tuhan
dan menyembah Allah yang sama, jika ternyata tetap berbeda, tidak ada masalah,
tetap rukun beragama.
https://binsarinstitute.blogspot.com/2024/11/indoktrinasi-agama-patris-allegro.html
Monday, November 18, 2024
Sunday, November 17, 2024
Friday, November 15, 2024
Wednesday, November 13, 2024
Tuesday, November 12, 2024
Monday, November 11, 2024
Kanon Alkitab ditetapkan Siapa? Gereja Atau Tuhan
Kanon Alkitab Ditetapkan Siapa? Gereja Atau Tuhan?
Firman Allah pada awalnya disampaikan secara lisan, jadi orang beriman pada masa Nuh belum memiliki Alkitab. Pada panggilan Abraham umat Allah juga belum memiliki Alkitab. Perpisahan Abraham dengan Lot, yang kemudian Allah memusnahkan Sodom dan Gomora, belum ada laporan mengenai firman Allah yang tertulis. Pada awalnya firman Allah disampaikan dari pribadi ke pribadi secara lisan. Tuhan memakai individu tertentu untuk menyampaikan firman Allah.
Kemudian setelah Tuhan menghukum manusia dengan air bah karena tidak mendengarkan nabi Nuh, maka selanjutnya Allah memakai Abraham untuk membangun umat yang memuliakan Tuhan dan kemudian menjadi sebuah kerajaan yaitu Israel, penulisan firman Tuhan baru mulai pada penyampaian hukum Taurat melalui Musa yang dituliskan dalam dua loh batu.
Pada masa Israel kumpulan Firman itu dituliskan dengan rapi. Penulisan Firman Tuhan ini bisa dikatakan mengikuti Musa yang mendapatkan 10 Hukum yang dituliskan dalam 2 loh Batu.
Selanjutnya dalam Kerajaan Israel yang makin kuat, firman Tuhan yang dinyatakan melalui para nabi itu dituliskan, dan penulisan itu dilakukan dalam pimpinan Roh Kudus oleh Para Rabi.
Jadi kanon Perjanjian lama ditetapkan oleh Rabi-Rabi Yahudi oleh pimpinan Roh Kudus.
Demiakian juga Injil dituliskan oleh mereka yang diurapi Roh Kudus, demikian juga kitab-kitab lain dalam Alkitab. Firman Allah dinyatakan sebagai firman Allah menurut iman Protestan bukan karene gereja menetapkannya, tetapi karena firman Allah itu membuktikan diriNya firman Allah. Dan kitab-kitab dalam Alkitab tidak memiliki pertentangan.
Selanjutnya, karena firman Allah itu disampaikan dalam ruang dan waktu, artinya tidak berada di ruang hampa, maka menafsirkan firman Allah perlu melihat siapa penulisnya, ditujukan kepada siapa, apa tujuan penulisan surat itu, apa isinya dll Penafsiran seperti ini dinamakan eksegese, menggali keluar, metode yang digunakan adalah induktif. Mereka yang bisa melakukan ini pada awalnya adalah bapak-bapak Gereja.
Pada awalnya penafsiran Alkitab hanya dilakukan oleh pimpinan-pimpinan gereja atau mereka yang disebut Ahli-ahli kitab seperti pada masa Yahudi. Alkitab juga tidak diterjemahkan kedalam berbagai bahasa karena dianggap yang bisa membaca Alkitab adalah mereka yang ahli kitab, dan umat hanya mendengarkan apa yang dikatakan para Ahli kitab.
Selnjutnya Protestan yang meyakini bahwa Kanon Alkitab ditetapkan bukan oleh gereja, tapi karena firman Tuhan itu mampu memb uktikan dirinya sebagai firman Allah menyatakan bahwa semua orang berhak membaca Alkitab. Semua orang dapat menggunakan Alkitab sebagai pedoman hidup, tapi tentu saja penggunaan pembacaan Alkitan itu secara deduktif, jadi jemaat bisa menguji rumusan doktrin atau dogma melalui pembacaan Alkitab secara langsung.
Selanjutnya memang ajaran langkah-langkah penafsiran Alkitab secara sederhana diberikan kepada jemaat, tetapi tetap saja penafsiran dilakukan secara deduktif, dengan kaca mata dokma gereja, agar interpretasi yang dihasilkan tidak bertentangan dengan ayat-ayat Alkitab yang lain.
Tetapi ketika terjadi kebangkitan gerakan kharismatik yang berlandaskan pada pengalaman, penafsiran deduktif itu tidak didasarkan pada dogma gereja, melainkan pada pengalaman individu. Apalagi kemudian ketika gereja itu ingin kembali pada gereja mula-mula, berarti menyingkirkan tradisi atau semua warisan berupa dogma gereja, dan ingin menggali kembali untuk menemukan kebenaran yang sesungguhnya. yang terjadi bukan kemajuan, tetapi kemunduran.
Apabila penafsiran Alkitab menghargai tradisi gereja, dan juga tidak menempatkan tradisi di atas Alkitab, maka mestinya doktrin gereja terus berkembang, dan sanggup merespons jaman, apalagi dalam era yang bukan hanya interdisiplin, tetapi juga trans disiplin.