google.com, pub-2808913601913985, DIRECT, f08c47fec0942fa0 AGAMA DAN MASYARAKAT: 08/01/2023 - 09/01/2023

Halaman

Masa depan perguruan tinggi teologi

 


Perbincangan saya dengan beberapa dosen sekolah tinggi teologi pada malam, 22 Agustus 2023  memberikan informasi bahwa peminat lulusan sekolah menengah atas yang ingin memasuki perguruan tinggi teologi menurun. Sebelumnya, Selasa, 21 Agustus, seorang ketua perguruan tinggi teologi berkomentar tentang hal yang sama, minat tamatan sekolah menengah atas untuk masuk sekolah tinggi teologi menurun. Pertanyaannya kemudian, apakah tugas memuridkan segala bangsa dengan menyiapkan pendidik, pemberita Injil sudah seleai?

Beberapa tahun sebelum covid, seorang dosen asal Amerika dalam sebuah seminar yang dihadiri dosen perguruan tinggi teologi di Asia dan pemimpin-pemimpin gereja mengingatkan, jangan membangun perguruan tinggi teologi seperti yang dilakukan di Barat. Tamatan perguruan tinggi teologi di Barat ujarnya tak mampu melaksanakan amanat agung, gereja terua menurun, bahkan makin tidak diminati, gereja hanya dikunjungi para usia lanjut. Tapi dosen itu telah membangun pendidikan tinggi teologi lintas negara, dan menurut saya sangat bermutu.

Pertanyaan selanjutnya, perguruan tinggi teologi macam apa yang perlu dibangun di Indonesia, dan apakah minat tamatan sekolah menengah dapat terdongkrak melalui kehadiran  perguruan tinggi teologi yang mampu merespons zaman, setidaknya luaran perguruan tinggi teologi memiliki keunggulan yang dibutuhkan dunia kerja saat ini.

Menurut saya, perguruan tinggi teologi perlu berubah secara khusus dalam merumuskan kurikulumnya. Kurikulum perguruan tinggi teologi perlu melihat kebutuhan zaman yang terus berubah. Karena luaran perguruan tinggi teologi tidak hanya menjadi pengerja gereja, atau pendidik, tapi juga peneliti, penulis, konselor, bahkan juga entrepreneur sosial, atau bidang kerja atau pelayanan baru, maka kurikulum sebagai sebuah rencana perlu mampu mempersiapkan luaran memiliki kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja atau dunia pelayanan.

Pernyataan sinis google terhadap tamatan perguruan tinggi tanpa kompetensi perlu menjadi renungan. Google tidak akan merekrut calon tenaga kerja dengan syarat lulusan perguruan tinggi, tapi hanya mereka yang punya kompetensi.

Penyederhanaan kurikulum untuk meningkatkan kompetensi lulusan perguruan tinggi tak bisa ditunda lagi. Ijazah perlu merujuk pada kompetensi, ijazah bukan sekadar bukti seseorang pernah kuliah, apalagi jika dosa penjualan ijazah dihalalkan demi memenuhi hasrat kerakusan.

 Mereka yang memiliki ijazah tanpa kompetensi bukan hanya menghina dirinya, tapi juga merugikan gereja dan masyarakat. Mereka yang memiliki ijazah tanpa kompetensi memang banyak yang bisa diterima kerja, bahkan menjadi pegawai negeri, tapi mereka merugikan gereja dan masyarakat yang membayar mahal pekerja tanpa kompetensi.

Kemajuan teknologi memang membuat banyak bidang pekerjaan tertentu hilang karena digantikan teknologi, tapi ternyata bidang pekerjaan baru muncul lebih banyak dari bidang pekerjaan yang hilang.

Apabila perguruan tinggi teologi Kristen mampu mengembangkan kurikulumnya untuk merespons zaman, menurut saya perguruan tinggi teologi akan tetap memiliki peminat, bahkan akan meningkat, tentunya jika luaran perguruan tinggi teologi memiliki kompetensi tinggi. Kalau kita menoleh kebelakang, bukankah tokoh tokoh agama merupakan tokoh perubahan yang amat penting pada banyak negara?

Kalau tugas memuridkan segala bangsa masih belum selesai, perguruan tinggi teologi tak akan pernah kekurangan peminat!

https://siarbatavia.blogspot.com/2023/08/masa-depan-sekolah-teologi.html