google.com, pub-2808913601913985, DIRECT, f08c47fec0942fa0 AGAMA DAN MASYARAKAT: Menerima Firman Tuhan Dengan Sukacita

Halaman

Menerima Firman Tuhan Dengan Sukacita

 



Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja diantar kamu oleh karena kamu. Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus, sehingga kamu telah menjadi teladan untuk semua orang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya.

(I Tesalonika 1:5-7)


Menerima firman Tuhan dengan Sukacita adalah salah satu hal yang penting untuk mengalami pertumbuhan rohani.


Paulus menjelaskan dalam kitab Tesalonika, mengapa jemaat Tesalonika yang baru bertumbuh itu bisa melakukan pekerjaan baik yang memuliakan Tuhan dan memberikan kebaikan terhadap sesama geraja di Makedonia.

Jemaat Tesalonika Menerima Firman Tuhan.

Jemaat Tesalonika menerima firman Tuhan melalui pelayanan Paulus dan rekan-rekan pelayanan Paulus. Di kota Tesalonika yang merupakan kota penting itu banyak pemikir-pemikir besar dan juga pengkhotbah atau pembicara kondang yang datang pergi ketempat itu, sebagaimana layaknya pada kota-kota besar saat ini.

Ilmu pengetahuan sejatinya untuk kesejahteraan sesama manusia. Tapi, tidak jarang mereka yang memiliki pengetahuan memanfaatkan pengetahuannya untuk mengumpulkan harta dan kekayaan bagi dirnya sendiri. Itulah sebabnya dalam masyarakat yang mengalami kemajuan pesat dalam teknologi ternyata berdampak negatif bagi mereka yang tidak memiliki akses teknologi, yakni membuat jurang antara yang kaya dan yang miskin makin lebar.

Lebih tidak adil lagi, mereka  yang kaya itu dapat menumpuk kekayaan jauh lebih cepat dari mereka yang miskin. Jika pemerintah tidak peduli dengan hal ini, maka jurang yang kaya dan yang miskin akan makin lebar di Indonesia.

Menariknya, jemaat Tesalonika justru memilih menerima Injil. Mereka bukan hanya menerima berita Injil, tetapi juga pemberitanya sebagai keluarga, bapak rohani merekai. Artinya, jemaat di Tesalonika bukan hanya menerima berita Injil yang tidak populer pada waktu itu, tapi secara bersamaan juga siap menerima penganiayaan dan penderitaan dari kelompok-kelompok yang membenci Paulus, serta tidak senang dengan berita Injil.

Jemaat Tesalonika menerima berita Injil yang disampaikan oleh Paulus sebagi Firman Tuhan, dan itu hanya mungkin karena Roh Kudus. Karena menerima pemberitaan Injil yang disampaikan Paulus yang baru saja mengalami penganiayaan, merupakan sebuah risiko yang tidak kecil bagi jemaat di Tesalonika.

Alkitab melaporkan jemaat di Tesalonika bukan hanya menerima berita yang disampaikan Paulus, tetapi juga menerima Paulus yang akan berdampak buruk bagi mereka, yakni menerima penderitaan yang sama, seperti yang dialami Paulus. “Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima Firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi-dan memang sungguh demikian-sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya. (I Tesalonika 2:13).

Mengikuti Teladan Paulus.

Jemaat di Tesalonika bukan hanya menerima firman Allah dan juga Paulus sebagai pemeberita firman Allah, tetapi jemaat di Tesalonika juga mengikuti teladan Paulus yang hidup di dalam Tuhan. Jemaat Tesalonika yang baru tentu membutuhkan teladan Paulus dan teman-teman pelayanan Paulus untuk dapat bertumbuh menjadi Kristen yang dewasa.

Pengalaman luar biasa apapun yang dialami seorang yang percaya kepada Kristus, dia membutuhkan teladan dari orang-orang Kristen dewasa. Paulus ketika percaya kepada Kristus pun belajar dari murid-murid Yesus. Dan mengikuti teladan mereka, sampai akhirnya Paulus pernah menegur Petrus untuk tetap mengikuti teladan Kristus.

Demikian juga mereka yang menjadi Kristen dewasa, perlu terus hidup menjadi teladan. Raibnya teladan-teladan dari orang Kristen yang dewasa akan menyulitkan pertumbuhan orang Kristen baru, dan secara bersamaan menghalangi orang-orang yang belum percaya untuk melihat kehidupan Kristus dalam hidup orang percaya.

Semua orang yang mengaku diri percaya kepada Kristus harus waspada menjaga hidupnya, agar dapat menjadi berkat bagi orang percaya baru, untuk hidup mentaati Allah. Dan juga menjadi berkat secara luas bagi sesama manusia.

Hidup menjadi Teladan

Setiap orang percaya perlu hidup menjadi teladan atas sesama anggota gereja. Kehidupan Kristen yang baik dapat memotivasi orang Kristen lainnya untuk hidup memuliakan Tuhan dan melakukan yang baik. Tapi, secara bersamaan kehidupan Kristen yang tidak menjadi teladan akan mengecewakan orang Kristen lainnya.

Pengakuan bahwa jemaat di Tesalonika hidup menjadi teladan bagi sesama gereja lokal diteguhkan oleh Paulus, “Sehingga kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di Wilayah Makedonia fan Akhaya.” Keteladanan jemaat di Tesonika bukan pengakuan eksklusif jemaat itu, tetapi Paulus dan jemaat Kristen Lainnya mengakui itu.

Umat kristen perlu menjadi teladan satu sama lain ketika mereka menerima Firman Tuhan, yang secara bersamaan juga menerima pemberita Firman Tuhan, dan mengikuti teladan mereka untuk bertumbuh dewasa dalam Kristus. Kristus sebagai teladan utama.

Kesediaan untuk menerima penderitaan untuk memuliakan Tuhan, dan kemudian menjadi teladan iman bagi jemaat lokal lain sebagaimana kehidupan jemaat Tesalonika perlu menjadi tekad umat Kristen. 

Iman, Pengharapan dan kasih adalah kebajikan Kristen yang menjadi dasar kehidupan jemaat di Tesalonika.


Dr. Binsar Antoni Hutabarat

No comments:

Post a Comment