google.com, pub-2808913601913985, DIRECT, f08c47fec0942fa0 AGAMA DAN MASYARAKAT

Halaman

Gereja Sebagai Persekutuan keluarga Allah




 Gereja adalah tubuh yang hidup, melalui pelayanan satu dengan yang lain, gereja menampakkan pertumbuhannya. Anggota gereja yang beragam itu melayani satu dengan yang lain untuk memelihara kesehatan dan kehidupan gereja sebagai keluarga Allah.

Anggota gereja yang lebih tua perlu mengajarkan anggota gereja yang lebih muda, juga mendorong anggota yang lebih muda untuk bertahan dalam masa kesulitan. Untuk itu pemimpin rohani yang bertanggungjawab memperlengkapi jemaat untuk dapat melayani. Pemimpin rohani tentu saja tidak dapat mengerjakan semua tugas pelayanan seorang diri. Tanpa kerjasama peyanan gereja akan melemah. Dan apabila setiap anggota jemaat menghujat pemimpin rohani mereka, maka persekutuan gereja akan makin melemah, dan akhirnya terpecah=pecah.

Gereja sebagai persekutuan keluarga Allah perlu menolong anggota gereja yang memerlukan pertolongan khusus, antara lain kepada:
1. Mereka yang melanggar aturan gereja.

  Apbila gereja tidak memiliki aturan atau standar, maka gereja akan kacau. Namun, dalam gereja kerap ada anggota yang melanggar aturan atau tidak memenuhi standar yang ditetapkan gereja lokal. Adalah sebuah kesedihan jika anak dalam keluarga mengabaikan aturan dan stanfar yang ditetapkan dalam rumah tangga. Biasanya dengan alasan kebebasan ada saja anggota gereja yang melanggar aturan atau standar yang ditetapkan. Mereka yang melanggar aturan atau standar gereja dengan argumen tertentu atau dengan alasan kebebasan bisa menimbulkan perpecahan dalam gereja. Pada kondisi ini gereja mesti sabar untuk menolong anggota gereja tersebut kembali apada aturan atau standar yang telah ditetapkan gereja.

2. Mereka yang putus asa.
Tidak jarang dalam kehidupan keluarga Allah, gereja ada anggota-anggota yang putus asa.  Anggota gereja yang seperti itu perlu didorong, dimotivasi untuk tetap tekun berharap kepada Tuhan. Anggota-anggota gereja yang lain, yang kuat perlu mendorong anggota jemaat yang putus asa itu untuk menjadi kuat dan tetap setia dalam  kesulitan apapun untuk bergantung pada Tuhan.

3. Mereka yang lemah.
Tidak semua anggota gereja dapat bertumbuh dalam pemahaman Alkitab yang kuat. Pertumbuhan rohani anggota jemaat ada juga yang lambat. Mereka yang lemah adalah anggota jemaat yang perlu ditopang untuk bertumbuh dalam Tuhan. Mereka yang lemah biasanya belum mampu menghadapi tantangan pergaulan yang beragama. Anggota-anggota itu perlu ditopang untuk terus bertumbuh dalam Tuhan dan menjadi kuat dalam Tuhan.

4. Kesabaran Membangun Persekutuan Keluarga.
Membangun persekutuan keluarga yang kuat butuh kesabaran. Mereka yang lemah pada suatu saat mungkin akan menjadi pemimpin-pemimpin gereja yang kuat. Karena itu gereja dan anggota gereja yang kuat perlu kesabaran untuk membangun persekutuan keluarga Allah.

5. Motif Pelayanan
Motif melayani Tuhan yang benar, yakni untuk kemuliaan Tuhan merupakan kunci untuk memiliki ketekunan dan kesabaran dalam memelihara persekutuan keluarga Allah. Apabila anggota gereja melayani utnuk dapat diterima atau berpusat pada diri sendiri, maka anggota gereja itu akan kecewa. Tapi jika motif pelayanan adalah utnuk memuliakan Tuhan, respon apapun yang diterima anggota gereja ketika melayani sesamanya, dia akan tetap bertekun dalam pelayanan, dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Karena pembalasan adalah hak Allah. Jika kita melayani Untuk memuliaka Allah kita tidak akan pernah kecewa.

6. Sukacita Menanggung beban Pelayanan.
Kasih, Sukacita, damai sejahtera, Kesabaran yang adalah karakteristik rohani adalah bagian dari buah roh. Manusia tidak dapat menghasilkan kualifikasi-kualifikasi rohani itu. Manusia hanya dapat menghasilkan kualifikasi-kualifikasi rohani itu jika mengijinkan dirinay dikuasai Roh Kudus.

Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bahwa persekutuan keluarga Allah adalah penting untuk gereja dapat bertumbuh dengan sehat. Gereja harus menolong setiap anggota jemaat yang memerlukan pertolongan, dan secara bersamaan anggota gereja saling belajar untuk saling tolong menolong untuk menghadirkan gereja yang lebih rohani dan sehat.


Dr. Binsar Antoni Hutabarat, M.Th,


http://www.binsarinstitute.com/2020/07/gereja-sebagai-persekutuan-keluarga.html

Ini 7 Perkataan Yesus Di Salib

 



7 Perkataan Yesus di Salib menjelaskan bahwa Yesus telah menyelesaikan rencana Allah Bapa untuk menebus dosa manusia.


Yesus mati di salib bukan karena manusia menginginkan Yesus mati di Salib. Tapi Yesus mati di salib untuk menggenapi rencana Kasih Anugerah Allah.


Penggenapan rencana kasih Allah yang dilaksanakan Yesus di salib terlihat jelas dalam tujuh perkataan Yesus di salib.


1. Ya Bapa, Ampunilah Mereka (lukas 23:34)

2.  Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus (Lukas23: 43)

3. Ibu inilah anakmu! (Yohanes 19: 25-27)


Setelah mengucapkan tiga perkataan tersebut di atas, selama tiga jam Yesus diam, kegelapan meliputi  seluruh daerah itu.


4. AllahKu-AllahKu, Mengaa Engkau meninggalkan Aku? (Matius 27: 46)

5. Aku Haus ( Yohanes 19: 28)

6.  Sudah Selesai (Yohanes 19:30)

7.   Ya Bapa kedalam tanganMu Kuserahkan nyawa-Ku (Lukas 23: 46)


Perkataan yang keenam, sudah selesai menjelaskan bahwa rencana kasih Allah untuk menebus dosa manusia telah dilakukan dengan sempurna oleh Yesus. Manusia berdosa tidak harus mati karena dosa, tapi medapatkan hidup kekal di surga kekal.


Yesus yang adalah Allah berinkarnasi, mengambil tubuh manusia adalah manusia yang tanpa dosa. Yesus benar-benar mati, karena itulah Yesus dikuburkan. Tapi, Yesus yang mati itu bangkit kembali pada hari yang ketiga.


Kematian Yesus mendamaikan manusia dengan Allah, manusia dengan dirinya sendiri,dan manusia dengan sesamanya. Maka, memperingati Jumat Agung berarti memperingat peristiwa agung yang dilakukan Yesus, dan sejatinya menjadi teladan bagi semua umat manusia di bumi untuk hidup damai dengan Allah, diri sendiri, dan sesama.



Binsar Antoni Hutabarat



http://www.binsarinstitute.com/2021/08/ini-7-perkataan-yesus-di-salib.html